Karena begitu banyaknya kehebohan yang terjadi di Twitter sehabis pengumuman penerimaan mahasiswa baru UI 2012, saya memutuskan membuat post ini. Saya akan menceritakan pengalaman saya selama berkuliah di Sastra Cina Universitas Indonesia, mulai dari masuk sampai sekarang.
Pertama, kenapa sih saya pilih Sastra Cina UI? UI, jelas. Nama UI sebagai universitas nomor satu di Indonesia sudah terkenal sejak dulu. Sastra Cina? Well..sebenarnya Sastra Cina pun hanyalah pilihan kedua saya. Pilihan pertama saya adalah Komunikasi dan saya gagal diterima masuk. Namun tidak masalah. Waktu itu dan sampai sekarang, saya lebih fokus pada cita-cita saya yaitu menjadi wartawan, jalur manapun yang saya tempuh sama saja selama itu masih bisa berkesinambungan dengan upaya saya menggapai cita-cita.
Saat ini, Cina bisa dibilang sebagai negara berkembang yang sedang membuka diri terhadap segala-galanya, sehingga saya optimis bahwa pilihan saya adalah pilihan yang tepat.
Kuliah di sini membuat saya merasa bersyukur akhirnya keluar dari lingkungan yang homogen, bertemu banyak teman yang beragam, dan saling mempelajari satu sama lain. Saya bersekolah di SMP-SMA swasta yang lingkungan pergaulannya terlalu homogen, sehingga bisa dibilang masuk Universitas Indonesia membuat hidup saya lebih berwarna. Dalam segala aspek.
Hidup di kosan sendiri, harus mengatur waktu dan keuangan sendiri, juga membuat saya belajar. Saya tidak menganggap ini sebagai suatu beban, melainkan privilege dari Semesta. Tidak banyak manusia yang diberikan privilege seperti ini. Ada yang menghabiskan seluruh masa mudanya dimanja orangtua, selalu diurus oleh orang rumah, dan saya adalah salah satu anak yang akan berakhir seperti itu, seandainya saja saya tidak masuk UI.
Di tahun kedua, saya dipercaya untuk menjabat sebagai ketua himpunan mahasiswa jurusan Cina, yaitu IMSi. Ikatan Mahasiswa Sinologi. Alhamdulilah alhamdulilah..tapi ternyata...jadi ketua itu..gak gampang. Ngerangkul orang-orang yang apatis itu lebih susah dari nyari kutu. Selain itu saya anaknya juga mageran. Tapi alhamdulilah lagi, ternyata perasaan dipercaya dan diberi tanggung jawab itu luar biasa. Dengan bantuan segenap angkatan 2008 yang saat ini sedang menjabat sebagai kakak tertua pun, saya merasa usaha kami kemarin menyatukan berbagai angkatan cukup he'eh. Gak bisa dibilang berhasil juga, karena berhasil atau nggak itu relatif, namun menurut relativitas saya, ya kami cukup sukses :D
Itu tadi dari segi kehidupan non-akademis. Kalau dari segi kehidupan akademis, kepada semua calon mahasiswa/i sastra Cina UI, baik yang udah diterima atau baru niat mencoba masuk sini, jangan down dulu kalau melihat komen berbau negatif tentang kuliah di sastra Cina.
Kehidupan perkuliahan emang susah. Semua mata kuliah ya pasti aja ada susahnya. Kalo gak mau susah ya, jangan kuliah. Leha-leha aja di rumah, sesekali keluar cari makan, siapa tahu ada yang buang ye kan. Satu hal yang pasti, jangan pernah takut gagal atau takut susah. Jadilah orang yang pamrih. Dalam artian begini, orang yang mau susah dan berani gagal akan dapat imbalan yang lebih besar daripada orang yang ogah susah dan takut gagal. Jadi kejarlah imbalan itu, jadilah pamrih!
Saya ngomong gini bukan berarti saya orang termau susah dan terberani gagal se-sastra Cina UI, tapi karena saya merasa hanya itulah satu-satunya kriteria ideal untuk orang yang mau kuliah di Sastra Cina UI (sebenarnya kuliah di manapun sih, cuma karena saya cuma pernah kuliah di SasCin UI ya saya ga berani tulis 'kuliah di manapun' hehehe).
Ya udah sih gitu aja. Santai aja masbro mbaksis. Saya cabut dulu, ga bisa lama-lama main internet, harus belajar Bahasa Cina Modern, Bahasa Cina Klasik, Historiografi, Sejarah Cina Kontemporer, Dasar-dasar Pemikiran Cina, Pengkajian Kesusastraan..*fade out, away masuk gua* Godspeed.