Friday, March 23, 2012

Standar Kecantikan Indonesia

Beberapa hari yang lalu gue, emak dan kakak gue pergi ke seorang tukang jahit kenalan emak gue. Katanya sih doi emang spesialisasiongnya bikin baju buat orang yang ga kurus (gue ga gemuk ya...cuma ga kurus).

Begitu dateng di tempat si tante, sebut sajalah namanya tante Atiek (Atiek CB kali mak), doi langsung berbicara mengenai apa saja yang ada di pikirannya, sampai-sampai gue berpikir, jangan-jangan orang ini asperger ringan.

Tante Atiek pun mengomentari bagian belakang gue yang emang agak semlohai layaknya gitar Fender Stratocaster American Deluxe Series (apalah ini, bebas) sambil menepuk-nepuknya. Dalam hati gue berpikir, huh sayang dia seorang tante, bukan om.

Setelah itu, doi pun lanjut mengomentari kecantikan anak-anaknya nyokap gue.
"Tapi anaknya ini cakep-cakep semua loh, biar gede-gede badannya, tapi cantik mukanya. Hidungnya semuanya hidung hoki loh nih. Iya loh ci, anaknya yang ini," noleh ke kakak gue, "cantik loh mukanya."

Setelah itu doi menoleh ke gue dan berkata, "Kalo yang ini emang item ya kulitnya, ikutin papanya kali ya," doi berkata dengan nada yang sedikit condescending seakan berkata, 'putihin dikit kulitnya bisa kale.'

Pak dung dung pak dung pak dung pak! Mak terus napa mak kalo kulit akika item...napa mak? Napa?? Napa?? Selain karena emang campuran anak Cina-Flores, gue anaknya juga sporty dan atletis, senang bermain di bawah matahari, apalagi main layangan di pinggir rel kereta sama nonton Inbox live di siang bolong. Lagian menurut riset terpercaya, kulit masyarakat negara tropis emang lebih bagus berwarna gelap untuk menghindari terserapnya sinar-sinar jahat matahari dan mengurangi resiko kanker kulit.

Oke jangan pusing dulu. Mari kita tanya Galileo.

Masih inget peribahasa Barat 'the grass is always greener on the other side' kan? Nah mungkin ini berlaku juga buat orang Indonesia. Sampai-sampai ada iklan rokok yang makin menegaskan bahwa kebiasaan orang Indonesia tuh kayak kambing-kambing yang ada di iklan itu. Liat halaman sebelah rumputnya lebih banyak dan ijo, langsung mengkambingbuta pindah ke halaman sebelah, padahal belum tentu rumput yang ijo itu lebih enak dari rumput sendiri.

Sedihnya, ya emang ga bisa pukul rata sih, tapi kebanyakan dan rata-rata standar kecantikan bagi orang Indonesia itu adalah kulit putih. Seorang teman wanita mengakui bahwa standar kecantikannya bagi sesama wanita ya memang adalah kulit putih. Mau sejelek apapun mukanya, kalo putih pasti cakep. Seorang teman wanita yang lebih ekstrem lagi mengatakan bahwa seleranya semenjak masuk UI berubah. Sekarang kalau liat cewek putih dikit, pasti dibilang cakep. Kalo dulu, model cewek macam gue ini bisa aja dia bilang cantik. Sedih ya, mau nyanyi ah. Cukup sekali aku merasakan..kegagalan kulit.. *brb suntik vitamin C*

Gue belum berani membandingkan dengan keadaan di Inggris atau Amerika, karena emang belum pernah ke sana. Tapi denger-denger sih emang katanya mbak-mbak di sana juga kepengen banget kan punya kulit tanned kayak orang-orang Indonesia? Makanya ribet-ribet berjemur, terus sampe banyak tanning salon di mana-mana. Jessica Simpson ama Paris Hilton aja sampe rela terus-terusan keliatan seperti wortel kematengan, semua demi kulit tanned yang terlihat sehat seperti baru dicium matahari ala-ala wanita Asia Mongolian.

Bedanya dan enaknya, mereka yang berkulit putih dari sononya, dengan gampang bisa menghitamkan kulit. Kita yang kulitnya coklat dari sononya lebih susah lah ya buat mutihin kulit. Susu aja bisa langsung jadi ungu karena nila setitik, tapi emang nila setitik bisa jadi putih begitu dicampurin susu sekolam?

Obsesi para perempuan Indonesia untuk memiliki kulit putih nan bersinar ala-ala mutiara pantai selatan, mungkin karena patokan kita akan segala hal yang bagus itu adalah hal-hal yang berasal dari Barat. Udah keliatan dari iklan sampo juga. Kenapa ahli pakar rambutnya harus si bapak Bule, yang sebut saja namanya Thomas Waw? Kemana Rudi Hadisuwarno sama Johnny Andrean? Di gathering event Coach Surfing baru-baru ini yang diadakan di Jakarta, turis bule terbukti lebih banyak disamperin daripada turis Jepang yang kulitnya, yah, agak-agak sebelas-dua belas lah sama kita, kuning-kuning kunyit asem. Nama mall-mall sekarang pasti harus selalu berbau 'City' atau 'Plaza' atau 'Town'? Ga bisa pake 'Kota' atau 'Pusat' aja? Bapak ibunya matanya belo, kulitnya coklat, tapi nama anaknya Jennifer, Jessica, Janice, Dylan, Ethan, Brandon. Kenapa nggak Arjuna, Adaninggar, Agni, Ambarawati?

Delapan dari sepuluh laki-laki teman sepermainan gue mungkin akan menjawab cakepan Julie Estelle saat harus memilih antara Julie Estelle dan Anggun C.Sasmi. Ini adalah sebuah survey yang belum sempat gue lakukan namun akan gue laksanakan begitu sudah mulai bersekolah kembali. Kenapa Julie? Mungkin karena Julie bule. Mungkin karena Julie putih.

Karena ya yang bagus selalu dari negara dunia kesatu. Negara-negara Amerika dan Eropa. Seenggaknya itu sih pemikiran mayoritas yang akhirnya gue simpulkan dari analisis sotoy-sotoyan gue seorang.

Intinya sih, kenapa pembicaraan gue jadi muter-muter, intinya sih cuma ngomongin warna kulit doang sih ya..bagi gue, pernyataan bahwa standar kecantikan orang Indonesia itu cuma satu yaitu kulit putih bukanlah suatu stereotyping tanpa alasan, karena toh pada kenyataannya biasanya memang seperti itu. Pendapat mayoritas tetaplah pendapat mayoritas dan itulah yang akhirnya membentuk suatu standar.

Semoga orang-orang dengan kulit Indonesia aseli seperti gue dan teman-teman sesama rakyat Indonesia yang lain tetap memiliki tempat khusus di hati para pemirsa sekalian. Kami ini layaknya warna pink. Warna yang pada awalnya adalah warnanya lelaki, dan kemudian ditukar paksa sebagai warna ciri khas perempuan, dan kemudian saat hendak digunakan kembali oleh laki-laki, dipandang sebagai sesuatu yang tak lazim cenderung menjijikkan. Janganlah kalian lupa, cokelat, hitam, dan kuning adalah warna asli orang Indonesia. Izinkan kami mengenakannya dengan rasa damai dan bangga.

Godspeed.

Monday, March 19, 2012

The Lost Longing

Kepada rasa rinduku yang hilang dibawa angin
yang menyampaikannya kepada orang yang salah
yang menafsirkannya sebagai sebuah rasa yang aneh
yang membuatnya berangan jauh tak berpijak di bumi
yang menolak memanggilnya kembali atas nama gengsi
yang membuat rasa rinduku hilang dibawa angin

Kumohon kembalilah.

Monday, March 12, 2012

I

I talk shit about people. I have issues. I share my life to almost anyone because I want them to do the same. I'm not always happy for my friends' happiness, but one thing for sure is that I'll never ruin their moments. I support my friends with action, not words. I don't give out words of consolation when you're in trouble. I'll sit with you for hours instead and tolerate your stories. I am nosy because I care. I'm not perfect, nobody does, but I know people who are close to it. I worry about you too much and it hurts not because you don't worry back, but because you don't believe it. I may not always tell you what I think or feel, but I would never fake them.

And this affection I have for you, it's okay if you don't believe it or if you don't need it, but it's there. And it's real. So, just let it sit here. For a while.

Godspeed.