Tuesday, July 14, 2009

So this is what it feels like to..

Get out of my comfort zone, experience the life outside the "palace", jadi orang awam hahahaha. Gue gak akan pernah ke depok naik metro mini 85 lagi. Hmm, ok. Gue koreksi. KALO GA TERPAKSA ATAU MEPET, gue gak akan pernah ke depok naik metro mini 85 lagi.
Naik 85 serasa seperti berada di dalam sebuah film aksi. Tabrak sana, tabrak sini. Salip sana, salip sini, ok you get the point. Well sebenernya kalau mengesampingkan fakta bahwa 85 hanyalah sebuah kaleng besar alumunium karatan, bukan batmobile atau bumblebee, (dan itu juga menandakan bahwa gue bisa mati konyol kapan saja akibat amarah sopir-sopir dan kenek-kenek batak yang berbanding sejajar dengan hari, makin siang makin panas) mungkin I would've actually felt really cool. Hahaha. Serasa jadi Megan Fox yang sedang menghindar dari serangan Decepticon atau Bruce Wayne yang sedang beraksi membela kebenaran dan keadilan.
Di lampu merah relasi kebon jeruk masih sempat-sempatnya pula ni metro mini berhenti adu bacot bentar sama 85 yang satunya lagi. Gue uda merinding takut disop, soalnya orang batak denger-denger selain suka makan anjing, mereka juga suka makan daging perawan manis.
Setelah 45 menit yang menegangkan bersama sopir dan kenek Batak 85 yang jaminan asoi, gue pun turun di lampu merah lebak bulus. Dari situ naik deborah kecil (gue sih bilangnya deborah jelek hahaha) sampai depok.
Sesudah naik baru tiba-tiba menyesal. Baru ingat alasan mengapa selama ini lebih setia memilih menunggu si deborah besar (deborah cantik sebutan dari gue hehe) di halte lampu merah kedoya selama satu jam++ daripada naik 85-debo jelek yang merupakan sebuah kombinasi yang lebih terjamin keberadaannya.
Kaleng sarden isi 5 saja mungkin masih lebih luang dibandingkan debo jelek di siang hari saudara-saudara. Bayangkan jika lubang hidung anda, dimasukkan dua puluh biji kacang pilus. Itulah debo jelek di siang hari. Betis gue pun sampai sekarang makin kencang akibat bapak berpeci sialan yang berdiri memunggungi gue. Ga mau kalah bener, gue didorong terus sampe mau mati rasanya. Pas dia turun pengen gue jorokin rasanya biar ngejengkang. Si kenek anjing juga ga tau diri. Ibaratnya uda masukin dua puluh kacang pilus ke lubang idung, tapi masih pengen masukin satu biji lagi. Abis itu pengen ngupil pake jari telunjuk. PENGEN GUE TUSUK PAKE CENTONG BUBUR.
Ketika dia nyelip-nyelip di antara gue dan bapak peci sialan, I COULD ACTUALLY FELT HIS BALLS AGAINST MY ASS. Untung ga pake digesek-gesek. Kasihan juga sama orang yang duduk di depan tempat gue berdiri. Perut dan tas gue literally ON HIS FACE for half an hour. Hahaha, sori ya mas-mas pembaca peta jalur busway. I heart youh.
Akhirnya gue pun tiba di depok. Misi utama gue: Nyebar proposal misa alam ke dosen-dosen FIB bareng Ka Cuni dan Sandra. Herlina sang PJ Danus uda nelpon gue hari sabtu, nyuruh gue dateng hari senin. Ternyata apa saudara2? Saat gue mau ambil proposalnya yang dititipin di Wisma SY, proposalnya uda diambil sama PJ yang satu lagi dan ga jadi disebar hari itu. WALANG SANGIT EMANG.
Intinya all those times I've spent on those two fucking barbaric buses, have been SIA-SIA. So much for mau berbuat baik untuk kegiatan agama huh? Lalu hari ini setelah menghabiskan sekitar dua belas jam syuting Happy Song + perjalanan di dan ke Indosiar, dinyolotin sama mbak-mbak busway, dinyolotin sama kenek P16 gara-gara turun pake kaki kanan (yang mana selalu gue lakukan tiap kali turun kendaraan, but everybody says kita harus turun pake kaki kiri, tapi terserah juga sih ya, kalo ternyata orangnya right-footed gimana? hahaha bener-bener maksa luar biasa lucu gue), suddenly gue merasa kehilangan semua selera humor gue dan semangat gue untuk tertawa atau apapun itu. I just want a good night sleep, and tomorrow a trip with Sheila and Janet. Godspeed.

No comments: