Saturday, June 6, 2009

Keluarga

Keluarga. Ya, menurut gue, keluarga hanyalah satu anugerah dari Yang di Atas. Kamu tahu, jika seluruh orang di dunia ini meninggalkanmu, hanya keluargamu yang akan tetap berada di sampingmu, dan omong kosong semacamnya. Ya tentu saja itu yang akan dilakukan keluargamu jika kamu sedang berada dalam kesulitan, sebab mereka KELUARGAMU. Mereka memiliki hubungan darah denganmu. Mereka melakukannya karena itu tidak lebih dari suatu kewajiban, bukan karena atas dasar sayang, atau cinta kasih, atau omong kosong sebagainya. Mereka melakukannya, karena, rupanya, adalah sebuah DOSA BESAR, DURHAKA BESAR, jika kamu menyakiti dan meninggalkan keluargamu. Jika kakakmu selalu memerintahmu dan menyuruh-nyuruh semua orang seakan-akan seisi dunia dan jagat raya ini HARUS tahu dan SUDAH tahu apa yang dia inginkan, aku yakin kamu pasti akan merasa ingin meledak. Semua orang pasti begitu. Hanya karena dia KAKAKMU saja, maka kamu menahan diri, semua for the sake of the so-called KELUARGA. Kamu tahu jika kamu tidak menahan diri, maka keluargamu akan terbelah, dan ibumu tidak akan bisa menahan air mata dan sakit hatinya. Ketika kakakmu tidak menyadari kesalahan-kesalahannya dan semua luka yang dia telah torehkan di hati ibumu atau mungkin hatimu juga, kamu pasti juga merasa ingin dia pergi lenyap dari hadapanmu. Tapi itu semua kamu tahan, kamu kontrol, semua demi sebuah lembaga sosial primer yang disebut KELUARGA.
Apakah sayang yang kamu miliki sekarang untuk keluargamu benar-benar sayang yang tulus karena jasa-jasa yang telah mereka berikan kepadamu sejak kamu kecil, benar-benar murni karena dalam hidupmu mereka adalah orang-orang yang paling luar biasa, atau hanya karena sekadar timbal balik, sebuah pakaian sosial yang kamu kenakan demi diterima oleh komunitas? Demi tidak dicemooh oleh komunitas?
Menurutku, cinta dalam keluarga adalah cinta Philia, cinta timbal balik, memberi dan menerima. Bukan cinta Agape seperti yang selama ini dikoar-koarkan oleh buku-buku teks. Bahkan di sela-sela siang kosongnya, seorang ibu yang mengakui akan melakukan apa saja demi anak-anaknya yang tercinta, masih sempat-sempatnya bertanya dan mengungkapkan fakta "Apa yang anak-anakku punya tak pernah aku nikmati, inikah balasan mereka setelah aku berhasil membesarkan mereka sehingga menjadi sukses seperti sekarang ini? Di mana rasa balas budi mereka?."
Aku tahu cinta Agape itu ada di suatu tempat, nyata, dia hinggap di tempat-tempat yang jarang kujumpai. Aku telah disentuh olehnya. Nyata, berakhir dengan sangat cepat. Dan kami pun berpisah di suatu persimpangan, yang membuatku kehilangan jejaknya. And, no, if you think this is about a boy, kamu salah besar. Mungkin aku butuh ahli pencari jejak, semacam Dora dalam penjelajahan cinta, untuk membantuku kembali menemukannya.
Apakah ini krisis awal baya? Apakah ini fakta yang menunggu untuk disebarkan? Atau apakah ini hanya kedurhakaan yang berkedok akal sehat? Tapi apa yang kamu dan aku tahu? Cinta itu kadang-kadang tak ada logika kok. Godspeed.

No comments: